Oleh Sayed Muhammad
Husen
Alquran kalamullah
yang diturunkan pada bulan suci Ramadhan adalah pedoman hidup kaum muslimin
dalam berbagai aspek kehidupan. Bagi seorang muslim, Alquran merupakan panduan
utama dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat dan bernegara. Membaca Alquran
akan mendapatkan pahala yang besar, demikian juga menghafal dan mengamalkan Alquran dalam kehidupan
sehari-hari.
Allah Swt menegaskan bahwa Alquran diturunkan dan akan menjaga keabadiannya,
sesuai dengan firmanNYa: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan
Alquran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS Al-Hijr: 9). Maka Alquran dipastikan tetap orisinil dan dapat
dipedomani sepanjang masa.
“Dan sesungguhnya
Alquran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun
oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi
salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.” (QS.
Asy-Syu’araa: 192-194).
Sebagai kalam mulia, Allah Swt memberikan pahala dan hikmah kepada
pembaca, penghafal dan ahli tafsir Alquran.
Dengan semangat membaca dan menghafal Alquran akan berdampak terhadap
lahirnya spirit mendalami dan memahami kandungan Alquran, sehingga Alquran
tidak hanya diaplikasikan sebagai amal ibadah pribadi, namun kandungannya juga
akan operasional dalam kehidupan dan pembangunan bangsa.
Jadi membaca, menghafal dan
memahami Alquran bermanfaat bagi peningkatan amal pribadi di dunia dan akhirat
kelak, sekaligus menjadi amal sosial dalam bentuk program dan kegiatan
pembanguan, yang tentu saja harus dilaksanakan sesuai dengan panduan Alquran. Pribadi
dan masyarakat yang dibangun dengan celupan Alquran akan mendapat imbalan yang
setimpal dari Allah Swt.
Rasulullah Saw bersabda: “Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) Alquran nanti:
‘Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau di dunia mentartilnya.
Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).” (HR. Abu Daud
dan Tirmidzi).
“Bacalah Alquran, karena Alquran akan datang pada hari
kiamat nanti sebagai pemberi syafaat bagi yang membacanya.” (HR. Muslim).
Membumikan Alquran
Ahli
tafsir Prof M Quraish Shihab mempopulerkan istilah membumikan Alquran
melalui karyanya
yang monumental pada 1994
dengan tajuk Membumikan Alquran; Fungsi dan Kedudukan wahyu dalam
Kehidupan Bermasyarakat. Frasa ini kemudian
populer di berbagai kalangan terutama para da’i, juru dakwah, aktivis Islam, cendikiwan
muslim, bahkan dikalangan pegiat pembangunan dan pekerja pengembangan
masyarakat.
Dalam
konteks pembangunan Kota Banda Aceh sekarang ini, membumikan Alquran dapat dilakukan
lebih konkret dan aplikatif, sebab relevan dengan prioritas pembangunan yang
ada. Misalnya, membangun Kota Madani dipastikan merupakan bagian dari referensi
Alquran. Pembangunan Kota Madani tentu saja telah diupayakan semaksimalkan
mungkin tidak melanggar Alquran dan mengintegrasikan ajaran Alquan dalam
berbagai program dan kegiatan pembangunan kota.
Jadi
lebih jauh lagi, Alquran dapat dibumikan dalam berbagai sektor kehidupan,
misalnya pada bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sosial budaya. Untuk
ini, pastilah memerlukan ilmu pengetahuan dan senergi dengan pihak berkompeten.
Tidak bisa Alquran dibumikan oleh bukan ahlinya. Maka diperlukan pendampingan
oleh ahli Alquran (ahli tafsir).
Kota Alquran
Dalam
konteks mewujudkan Kota Banda Aceh sebagai Kota Alquran, bisa dilukan secara
bertahap dari tingkatan membaca, menghafal hingga menafsirkan Alquran. Jika
selama ini sudah dimulai dengan kegiatan membaca Alquran secara tartil dan
kegiatan menghafal (tahfidz), maka belum lengkap jika belum diprogramkan kegiatan
tafsir atau kajian Alquran.
Saya
mendapat informasi, bahwa Pemerintah Kota Banda Aceh selama ini sudah memdukung
kegiatan Alquran dalam bentuk penguatan TPA melalui Festival Anak Shalih
(FASI), bantuan operasional TPA dan tahfidz Alquran berbasis masjid, maka
kegiatan dan anggarannya pun perlu terus ditingkatkan dimasa-masa akan datang.
Mewujudkan
Kota Alquran dapat dimulai dari kesamaan visi dan misi Pemerintah Kota, yang dilakukan
melalui perencanaan pembangunan. Perencanaan ini akan mengikat semua pemangku
kepentingan. Selanjutnya pemangku kepentingan menerjemahkannya dalam bentuk
program dan kegiatan Alquran yang aplikatif serta indikator yang terukur,
disertai komitmen menyediakan anggaran yang memadai.
Indikator Alquran
Sebagai
contoh kita jelaskan disini beberapa indikator yang dapat digunakan dalam
mewujudkan Kota Alquran misalnya: jumlah siswa tingkat dasar dan menengah yang
tartil membaca Alquran, dan indikator ini ditingkatkan lagi menjadi jumlah
siswa yang menghafal dan mampu menerjemahkan Alquran perkata. Lalu ditingkatkan
menjadi: jumlah pejabat dan masyarakat yang mampu menghafal dan menerjemahkan
Alquran.
Indikator
lainnya bisa kita rumuskan: jumlah pejabat yang mengkhatam Alquran setiap
tahun, jumlah keuchik yang mengikuti pengajian Alquran, jumlah masjid
/sekolah/madrasah/dayah/perguruan tinggi yang menyelengarakan program tahfidz
Alquran. Dan hal ini mestilah
dikondisikan supaya melibatkan semua
lapisan masyarakat.
Kota
Alquran dibangun dengan perencanaan jangka panjang 20 tahun, RPJM 5 tahun dan
Rencana Strategis masing-masing SKPD. Tidak bisa hanya dipundakkan kepada satu
atau beberapa SKPD saja. Seluruh kompenen Pemerintah Kota, swasta dan
masyarakat diharuskan membuat indikator capaian program dan kegiatan Alquran
dan melaksakannya sesuai fungsi masing-masing.
Gulirkan gagasan
Saya
pikir, momentum peringatan Nuzulul Quran setipa Ramadhan, dapat dijadikan
momentum kristalisasi gagasan Kota Banda Aceh sebagai Kota Alquran yang madani
dan gemilang. Yaitu sebuah kota yang mengintegrasikan program dan kegiatan
Alquran dalam seluruh aspek pembangunan. Dari kota ini akan lahir aparatur dan
warga yang mampu membaca Alquran secara tartil, menghafal (menurut kemampuan
masing-masing), mampu menerjemahkan atau menafsirkan, serta mengaplikasikan
ajaran Alquran dalam semua aspek kehidupan.
Ini adalah
gagasan awal, tentu saja, untuk kelanjutannya diperlukan kajian yang mendalam,
penelitian dan perencanaan yang baik. Justru yang sangat diperlukan adalah
komitmen Walikota dan Wakil Walikota terpilih untuk menuangkan gasasan Kota
Alquran dalam RPJM 5 tahun akan datang. Dengan itu kita yakin bahwa Kota Banda
Aceh akan menjadi inspirasi dan model kota yang mengaplikasikan Alquran dalam
pembangunan.
Sumber:
Warta Banda Aceh, Edisi V Tahun 20017