Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry dalam setahun
terakhir telah menunjukkan perubahan fisik dan akademik. Secara fisik, kita
menyaksikan gedung dan peralatan belajar semakin baik dan lengkap. Sementara
dari segi akademik, UIN membuka sejumlah program studi, jurusan dan fakultas
baru. Terakhir UIN buka Fakultas MIPA, Sospol dan Ekonomi Bisnis. Kita belum berkesimpulan,
apakah perubahan oleh manajemen UIN, telah memenuhi harapan muslimin Aceh dan
Indonesia.
Satu hal kita apresiasi, kesungguhan UIN membuka program
studi, jurusan dan fakultas baru. Hal ini tentu memberi makna bagi UIN sendiri
sebagai konsekuensi perubahan status. Bagi
Aceh, sangat strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia andal. Dengan
langkah ini, eksistensi UIN akan cepat diakui pada tingkat nasional. UIN akan terlihat peningkatan kontribusinya
dalam pembangunan dan islamisasi Aceh.
Dalam kaitan ini, kita mencatat dua hal patut dipertimbangkan
manajemen UIN: Pertama, program studi, jurusan dan fakultas baru yang dibuka
patut dipetakan dengan baik, sehingga tidak “membabat” habis pasar calon
mahasiswa yang potensial masuk ke perguruan tingga Islam di Aceh. Sebab, ada
tanggungjawab sosial UIN mendampingi perguruan tinggi Islam lain untuk maju dan
berkembang bersama. Jangan secara ekstrem memposisikan perguruan tinggi umum
sebagai pesaing.
Kedua, setiap program studi, jurusan dan fakultas baru, perlu
tetap mengedepankan prinsip islamisasi ilmu pengetahuan. Jika hal ini tak
dilakukan dengan baik, pada waktunya masyarakat Aceh akan berkesimpulan: UIN
sama saja dengan perguruan tunggi lain. Semua perguruan tinggi dianggap hanya
hadir sebagai industri, memproduksi alumni dan menyerahkan kepada pasar untuk
memakainya, tanpa mempertimbangkan apakah produknya mampu berkontribusi bagi
perubahan dan ismisasi Aceh.
Padahal, dalam pandangan kita, UIN adalah pusat perubahan dan
islamisasi di luar lingkaran kekuasaan. UIN dan alumninya seharusnya mampu
mendesain Aceh baru: Aceh sebagai pusat peradaban Islam di Asia Tenggara.
Sumber daya manusia alumni UIN harus memiliki kompetensi dan komitmen
menjadikan Aceh sebagai wilayah percontohan penerapan syariat Islam dalam semua
aspek kehidupan. Bukan malah melahirkan
insan yang cenderung sekuler seperti alumni kebanyakan perguruan tinggi umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar