Seorang tokoh Syarikat Islam di Aceh, Tgk Ismail Ben (alm),
penah mengatakan, salah satu agenda utama Syarikat Islam, mengupayakan
anggotanya memiliki tauhid yang bersih. Istilah yang digunakan: sebersih-bersih
tauhid. Tauhid yang bersih, katanya, akan berdampak terhadap aspek lainnya
dalam kehidupan manusia, seperti kesempurnaan ibadah, keseriusan menuntut ilmu
dan kesungguhan mencari rezeki. Tak salah paham terhadap Tuhan.
Tauhid yang bersih hingga kini perlu terus “diperjuangkan”
oleh individu dan organisasi yang peduli terhadap kehidupan ummat. Hal ini untuk
mengingatkan ummat Islam di berbagai belahan negeri yang masih hidup dalam
khurafat dan kepercayaan yang mengotori tauhid. Mereka masih dibayang-bayangi
power makhluk. Belum total mengimani kemahakuasaan Allah Swt.
Gerakan dakwah dan
kajian Islam di Aceh, masih terbatas yang menjadikan tauhid sebagai agenda
utama. Lebih banyak yang mengandalkan isu-isu kontemporer, tasauf dan fikih.
Sebagian lagi, mendakwahkan agenda politik dan ekonomi (syariah). Akibatnya,
dakwah memang semakin kuat, tapi tauhid ummat bisa jadi semakin keropos. Dakwah
tak didukung spritualitas, keyakinan pada Khaliq dan hanya mengandalkan
pendekatan rasional-meterialistik.
Demikian juga kehidupan ummat di lapisan bawah, secara tak
disadari lahirnya upaya menghidupakan kembali nilai-nilai tradisional dan
kearifan lokal yang kering dari ajaran tauhid. Kepercayaan, tradisi dan prilaku
nenek moyang dianggap sesuatu yang harus dilestarikan, tanpa terlebih dahulu
dikritisi, apakah sesuai atau tidak dengan tauhid Islam. Apakah adat dan
kebiasaan itu telah sepenuhnya bersih dari kesyirikan atau masih bercampur
dengan aliran kepercayaan.
Untuk itu, kita merekomendasikan, hendaknya aktivis dan
organisasi dakwah konsisten memilih agenda dakwah: wajudkan ummat yang
sebersih-bersih tauhid. Dakwah ini dapat dimulai dengan memperbanyak jumlah
da’i yang meminati kajian tauhid. Selanjutnya, menambah muatan materi tauhid pada
kajian Islam, khutbah Jumat, ceramah, tulisan, publikasi, seminar, bahkan dalam
kurikulum pendidikan Islam.
Kita berharap, materi tauhid pada Halaqah Maghrib Masjid
Raya Baiturrahman yang diasuh oleh Ustaz Samsul Bahri dapat dikembangkan juga
pada masjid-masjid seluruh Aceh. Dengan begitu, maka dalam waktu cepat
pengetahuan tauhid akan tersebar hingga lapisan masyarakat paling bawah.
Dampaknya, muslimin Aceh tak percaya lagi pada kekuatan apapun selain dari Allah
Swt. Termasuk menafikan kekuatan yang terkandung pada batu cincin, misalnya. Sebab,
batu adalah juga makhluk-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar