Oleh Sayed Muhammad Husen
Saya merasakan dinamika perjalanan usia Baitul Qiradh Baiturrahman (BQB)
sejak awal operasional, 2 Oktober 1995. Saya juga merasakan “dukungan” Allah
swt terhadap lembaga keuangan mikro syariah ini. Betapa tidak, dari 73 BQ yang pernah
terbentuk tahun 1997 hanya dapat bertahan tidak sampai 30%. Setelah digasak
tsunami pun dapat bangkik dengan
sempurna. Mungkin salah satu alasannya karena BQ ini “bermarkas” di Masjid Raya
Baiturrahman, Banda Aceh. “Baitullah”
kebanggaan rakyat Aceh.
Letak atau lokasi kantor BQ di Masjid Raya Baiturahman adalah keunggulan
pertama. Masyarakat beranggapan, pengelola BQB adalah sekaligus pengurus
masjid. BQB identik dengan masjid. Mereka meyakini, miniatur bank Islam ini
dikelola dengan amanah. Dana yang mereka simpan sebagai tabungan tak akan
hilang. Tak ada korupsi. Akibatnya, lahirlah kepercayaan masyarakat terhadap
manajemen BQB.
Demikian pula pihak manajemen, mereka menjaga idialisme dengan baik, karena
mereka memang bekerja di lingkungan masjid. Lokasi mana lagi tidak melakukan
maksiat selain di masjid. Prilaku pengurus dan pengelola lebih terkontrol.
Ibadah mereka, misalnya shalat berjamaah dhuhur dan ashar lebih disiplin dan
berjamaah. Mereka pun tahu, bekerja di masjid tak mungkin mengejar cepat kaya.
Keunggulan kedua, BQB adalah generasi pertama BQ di Aceh. Diresmikan
bersamaan 50 BQ lainnya se Aceh oleh Prof DR BJ Habibie dalam kapasitas sebagai
Menristek dan Ketua Umum ICMI Pusat. Sebagian besar pengelola BQ se Aceh belajar
dan magang di BQ ini. BQB juga menjadi referensi bagi banyak kalangan di Aceh
yang peduli terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat. Banyak pula yang memberi
harapan terhadap eksistensi amal usaha masjid ini.
Ketiga, semua personil pengelola bisa bertahan dan tetap bekerja hingga
memasuki usia BQB tahun ke 14. Dengan kesabaran itu, mereka menjadi direktur
dan kepala-kepala cabang. Mereka benar-benar telah berpengalaman di bidang micro finance. Merasakan masa-masa sulit
dan dapat pula menikmati era kemapanan lembaga keuangan bentukan ICMI ini. Mereka
menjadi asset SDM BQB.
Dengan keunggulan itu, BQB berhasil mendapatkan “lirikan” banyak pihak
untuk bermitra. Hal ini dapat dibuktikan dari pihak-pihak yang telah membantu
dan bekerja sama dengan BQB, dari lembaga pemerintah hingga lembaga
internasional. Saya sebutkan di sini misalnya: Dinas Koperasi, Baznas, ILO, PT
Bisma, PT PNM, GTZ, Bank Muamalat, MercyCorp, PT PLN, PT Taspen, PT Pertamina
dan beberapa yang lain.
Tantangan BQB berikutnya adalah, mampukah LKM Mikro Syariah ini menghadapi
tantangan zaman? Karena itu, nasihat saya: teruslah memperkuat SDM pengelola,
menambah modal jumlah sendiri, memantapkan sektor riil dan menjaga efesiensi.
Jangan mubazir. Tidak serakah. Jangan pula ria akibat kesuksesaan. Tidak
melupakan misi utama BQ sebagai pemberdaya ekonomi ummat.
Sebagai salah seorang pendiri, sungguh, saya tak ingin melihat BQB terjebak
dalam skenario saitan, yang senantiasa menggoda kita supaya maksiat dalam
bermuamalah. Semoga Allah swt meridhai amal sosil kita ini. Amien ya Rabb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar